Kemarau Basah: Fenomena Cuaca yang Makin Sering Terjadi di Indonesia

Apa Itu Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah kondisi saat musim kemarau tetap disertai hujan yang cukup sering. Ini umum terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia.
Fenomena Kemarau Basah di Indonesia
Menurut BMKG, musim kemarau 2025 menunjukkan sifat bervariasi: 60% wilayah mengalami kemarau normal, 26% lebih basah, dan 14% lebih kering. Suhu laut yang lebih hangat turut berperan memperkuat fenomena ini.
Penyebab Kemarau Basah
Fenomena Iklim Global:
ENSO dan IOD netral membuat tidak ada gangguan besar dari lautan, namun tidak meniadakan dinamika cuaca lokal.
Suhu Muka Laut:
Suhu yang lebih hangat meningkatkan kelembapan dan pembentukan awan hujan.
Dinamika Atmosfer:
Gangguan atmosfer seperti MJO, Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial meningkatkan curah hujan saat kemarau.
Dampak Kemarau Basah
Dampak Positif
- Pertanian: Membantu irigasi di wilayah yang biasa kekeringan.
Dampak Negatif
- Pertanian: Risiko gagal panen untuk tanaman musim kering.
- Kesehatan: Peningkatan penyakit akibat kelembapan.
- Infrastruktur: Risiko kerusakan akibat hujan tak terduga.
Rekomendasi BMKG
- Sektor Pertanian: Penyesuaian jadwal tanam dan pengelolaan air.
- Sektor Kebencanaan: Siaga karhutla di wilayah kering.
- Sektor Lingkungan dan Kesehatan: Waspadai udara buruk dan suhu panas.
- Sektor Energi dan SDA: Pengelolaan air untuk PLTA dan kebutuhan masyarakat.
Waspada Kemarau Basah: Sampai Kapan?
Kemarau diprediksi berlangsung dari April hingga Agustus 2025, dengan puncak antara Juni–Agustus. Namun hujan bisa tetap terjadi karena gangguan atmosfer. Waspada hingga akhir Agustus, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Terus pantau informasi dari BMKG untuk pembaruan cuaca terkini.
Kesimpulan
Kemarau basah adalah bukti bahwa cuaca kini tak bisa diprediksi hanya dengan kalender musim. Adaptasi dan kewaspadaan terhadap dinamika atmosfer sangat diperlukan.
Posting Komentar untuk "Fenomena kemarau basah makin sering terjadi di Indonesia"